Tuesday 30 August 2011

A Last Gift part 6


"bi, bibi kok kenal sama riski...Riski siapa?" Tanya ku pada bibi yang sudah lama bekerja di rumah nina. “bukannya keluarga nina udah pindah ya?” aku kembali bertanya. “bibi, bekerja di keluarga riski ya? Aku masih saja terus bertanya.
"oh, den riski ya, Dia itu kembaran almarhum non nina." Jawab bibi itu.
Aku terkejut dengan perkataan bibi itu.
"nina kok ga pernah cerita sama ku kalau dia punya saudara kembar." pikir ku dalam hati.
dari kejauhan aku melihat riski sedang duduk dengan sebuah paket yang tak asing bagi ku.
"non, bibi tahu pasti non lisa bertanya-tanya kenapa nina ga pernah cerita kalau dia punya kembaraan."
"iya bi..."
"non, bakalan tahu mungkin den riski bakalan cerita" kata bibi itu.

"den riski,ini non lisa." kata bibi itu.
"Apa.......? pikir ku." itu kan paket yang sama dengan paket yang ada dirumah ku.
Bibi itu pergi meninggalkan kami berdua di kebun belakang. Aku tidak pernah menyangka kalau orang yang selama ini mengirim paket-paket itu adalah riski.

"lisa..." kata riski pada ku.
"apa maksudmu dengan melakukan ini" tanya ku marah padanya .
"duduk lah dulu biar aku jelaskan"

"aku tahu kamu marah. Tapi aku ngelakuin ini semua untuk mu. Aku sudah mendengar cerita tentang mu dari nina sebelum dia meninggal" Katanya pada ku.
"jadi sebenarnya kamu  siapa riski" Tanya ku.
"aku akan cerita kan. Sebenarnya aku dan nina itu saudara kembar. Sebelum dia mengenal mu aku dan dia sudah bersama. kami  sempat tinggal bersama disini. Aku juga sempat mendengar cerita mu dari dia. Kata dia kamu baik, kamu yang menolong nya saat dia jatuh ditangga dekat sekolah. Kamu juga yang pertama kali berteman dengan nya.
"jadi, semua nya itu ia cerita kan pada mu" tanya ku.
"iya. Setiap hari setelah pulang sekolah dia selalu menceritakan tentang mu. Aku sendiri bosan mendengarnya.Tapi itu tidak berlangsung lama."
"kenapa? dan kenapa kamu tidak bersekolah sama dengan nya." Tanya ku lagi. Aku memperhatikan setiap cerita riski.
"karena aku dan dia saudara kembar aku tidak boleh bersekolah sama denganya. Bahkan aku harus ikut dengan ayah ke luar negeri untuk bersekolah di sana. Aku sedih harus meninggalkan ibu dan nina disini. Tapi itu sudah keputusan ayah dan ibu untuk memisahkan kami. Mereka takut kalau kami bersama kami tidak akan pernah akur. Padahal mereka nggak pernah tahu kalau kami itu akrab sekali. Mereka hanya memikirkan pekerjaan mereka tanpa melihat kami yang begitu dekat tak mungkin terpisahkan.
“memang, selama ini aku nggan pernah melihat orang tua nina padahal kami sudah dua tahun berteman. Jadi, selama ini nina kesepian?” Kata ku dalm hati.
Disana aku harus menjalani kehidupan yang sepi tanpa nina."
" tapi nina ga pernah cerita sama ku kalau dia mempunyai saudara kembar" Tanya ku.
"jawabannya ada di buku harian nya ini." Riski menunjukkan buku yang ada diatas meja sebelahnya.
" kenapa kamu harus ikut dengan ayah mu. Nina juga tidak pernah bercerita tentang ayahnya."
"ayah berkerja disana sampai sekarang. Aku pergi meninggalkan nya disana karena aku tahu bahwa saudara kembar ku meninggal. Ayah tidak memberitahu ku tentang hal itu. Ia takut aku sedih. Nina tak pernah memberi tahu ayah nya pada mu karena ayah telah memisahkan aku dan dia. Dia merasa ayah begitu kejam memisahkan kami.” Riski menjelaskan pada ku.

" Ada yang ingin ku tanya kan lagi pada mu, aku tidak yakin nina meninggal karena kecelakaan malam itu." Tanya ku padanya.
"ada sesuatu hal yang nina sembunyikan dari kita. Dia memang meninggal karena kecelakaan, tapi bukan karena itu saja."
"karena apa riski" tanya ku padanya penasaran.
" Aku belum tahu"

"ada satu hal yang ingin ku sampaikan pada mu. Kenapa paket-paket itu kau kirim kan pada ku"
"aku tidak tahu tentang paket kosong itu, tapi kalau surat itu aku yang mengirimnya." Kata nya padaku.
"jadi, paket-paket itu bukan kamu yang mengirimnya"
"iya" katanya lagi.

"Jadi paket yang ada disamping mu itu, paket siapa itu?" Tanya ku lagi.
"paket ini ku temukan di lemari pakaian nina" Kata Riski.
"Apa yang ada di dalam "
" Sepucuk surat"
"apa isinya." tanya ku pada riski.
"katanya kamu akan ditabrak oleh seseorang"
"kapan di kirim" Tanya ku lagi.
"malam dimana nina datang ke rumah mu"
"berarti tristan..." Teriak ku hingga riski terkejut.
" Tristan tahu..." kata nya lagi.


Sunday 28 August 2011

A Last Gift part 5



"ih, makasih uda dibilang lucu" kata ku sembari tertawa."nanti aku dan tristan boleh ga ke rumah mu, riski"
"ke rumah ku" tanyanya sedikit terkejut. "boleh, tapi aku menelpon bibi ku dulu ya, mana tau rumah ku berantakan" tersenyum pada ku sambil menelpon seseorang, "tunggu sebantar ya."
"kenapa harus menjauh sih telponannya. Aneh" pikirku dalam benak. sudah beberapa menit riski belom juga selesai bertelepon. "lama kali pun"
"lama ya nunggunya" tiba-tiba riski datang. "boleh, ya sudah nanti datang aja" pergi meninggal kan ku.
"dasar, uda lama nunggu dia siap telponan, eh malah di tinggali" omel ku kesal. "kira-kira dia telponan sama siapa ya." Pikir ku lagi.

"lisa" tiba-tiba tristan menghampiri ku. "apa" kata ku padanya. Aku masih kesal atas kejadian yang tadi. "maaf ya,yang tadi" kata tristan membujuk. "baiklah, kalau gitu mana utang mu yang berpuluh-puluh ribu itu, sini" kata ku kesal padanya. "aduh, lisa. aku lagi ga da uang nii." bujuk nya. "baiklah. Jangan kamu ulangi lagi." Kata ku."oh iya. riski ngizini kita buat datang ke rumah nya. pulang sekolah nanti".
"wah, bagus dong" kata tristan senang.

"perhatian-perhatian.....anak-anak hari ini kita pulang lebih cepat di karenakan para guru akan mengadakan rapat" kata seorang guru dari piket. "asyik, pulang cepat" kata tristan girang."hari ini, hari yang menyenangkan. kita ga belajar".
"dasar, pemalas" canda ku padanya.

bel berbunyi.....
"waktunya pulang" kata tristan.
"kok pulang sih, tapi mau ke rumah riski" kata ku lagi padanya.
"maaf, saya lupa" katanya tertawa.
"oh iya, riski kemana ya. Kok ga kelihatan dari tadi." kata ku sembari mencari-cari riski.
"itu, riski" menunjuk seseorang yang sedang duduk di meja piket.
"riski" teriakku dari parkiran. Aku menghampiri nya. "riski dicari kemana-mana, eh ternyata duduk-duduk di sini" Kata ku lagi padanya. "jadi ke rumah ku" tanya riski.
"jadi: tiba-tiba tristan menyambung.
"boleh ga, riski. kalau tidak boleh, tidak apa-apa"
"boleh" sahutnya. "ayo berangkat sekarang. Aku naik sepeda motor kusendiri. ikuti aja aku".
"baiklah" kata tristan.
**********
Kami sampai didepan rumah yang nggak asing lagi.
"ini rumah ku" kata riski pada kami sembari menunjukkan rumah yang ada di depan kami.
"i.....ni rumah mu" aku terkejut melihat rumah yang di tunjuk kan riski pada kami.
"lisa, rumah i.....ni"kata tristan juga.
Aku dan Tristan terkejut melihat rumah yang di tunjukkan riski pada kami.
"kenapa" tanya riski. "apa kalian baik-baik saja" tanya nya lagi.
"siapa kau sebenarnya riski" Tanya ku pada nya membentak.
"apa hubungannya rumah ini dengan dirimu." Tanya ku lagi padanya.
"masuk lah. kalian akan tahu yang sebenarnya." riski meninggalkan kami di depan rumahnya.
"lisa, kamu baik-baik saja" Tanya tristan.
"aku baik-baik saja"
"ayo kita masuk, lisa"
"tidak, aku tidak sanggup masuk kerumah itu." kata ku pada tristan.
"tapi, lisa. Kamu harus kuat" menarik tangan ku.
"lepaskan tristan. aku mau pulang" Teriakku pada tristan. Aku pergi meninggalkan rumah itu dan berlari menjauh dari rumah itu. "lisa........." Teriak tristan.
Dari kejauhan aku melihat tristan mengendarai sepeda motornya mengejar aku. "lisa. ayo naik. Kita pulang dan tidak akan kembali ke rumah itu lagi." kata tristan pada ku.
Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan riski. Didalam benak ku berbagai pertanyaan muncul "siapa sebenarnya riski? rumah itu, Apa hubungannya dengan rumah itu."

sesampainya dirumah ku,,,,,,,
"lisa, aku tau di rumah itu masih ada kenangan mu bersama nina. Tapi, mungkin saja rumah itu sudah di beli oleh keluarga riski." kata tristan pada ku.
“kamu kan tahu kalau selama ini kita itu nggak pernah dapat kabar soal keluarga nina, mungkin mereka udah pindah” Tristan mencoba menyakinkan ku berkali-kali.
"aku tau. Mungkin riski tidak ada hubungan apa pun dengan nina. tapi aku belum sangup melupakan kenangan yang ada di rumah itu." aku meninggalkan nya dan segera masuk kedalam rumah.
"sore,bu" sapa ku pada ibu yang sedang duduk di ruang tamu. "kenapa kamu lisa, kok wajah kamu pucat, sakit ya" kata ibu sembari memegang dahi ku."tidak panas"
"ga apa-apa kok bu"pergi meniggalkan ibu.
"oh iya lisa. Tadi ada yang mengirimkan surat untuk mu. Itu ibu letakkan di meja belajar mu" Kata ibu.
"makasih ya bu, Aku kekamar dulu" Aku meninggalkan ibu yang sedang menonton tv.

Aku membuka surat itu. ku lihat tidak ada nama pengirimnya. saat ku mulai membaca surat itu, aku terkejut sekali. "sebentar lagi kamu akan tahu semuanya. Hari ini jangan lupakan apa yang kamu lihat. Rumah itu" itu salah satu isi surat itu. Aku berpikir keras dan aku tahu siapa pengirimnya " ini ulah riski,,,Paket...surat" terperanjak aku dari kursi disebelah tempat tidur. Aku tahu sekarang.
Aku bergegas kembali kerumah itu.

"ibu,lisa pamit sebentar ya. mau ke rumah tristan" pamit ku pada ibu.”maaf, bu kali ini aku harus bohong “ kataku dalam hati.
Tristan tak perlu tahu. Aku akan datang ke rumah itu, sendirian saja.

Aku tak akan takut kerumah itu, ini harus diselesaikan. "riski....." teriak ku dari pagar rumah itu.
"non, lisa...ada apa?" tanya sesorang pembantu di rumah itu.
aku tidak asing dengan orang ini. "bibi..." sahut ku.
"mencari den riski ya non. ada kok di dalam." katanya pada ku. "mari saya antar,"




Wednesday 24 August 2011

A Last Gift part 4



"hallo" Sapaku pada orang diseberang telpon.
"ini lisa" sahut orang itu.
"iya benar. ini sapa"
"aku riski..." sahut nya.
"riski..!! tahu dari mana nomor ku..." tanya ku, sedikit terkejut.
"ada apa menelpon ku malam-malam begini..." Tanya ku lagi padanya.
"lagi sama tristan kan.." Katanya padaku.
"iya.."
telpon nya terputus, mungkin hpya lobet atau pulsanya yang habis.
"riski ya" tanya tristan..
"iya,..."
"apa kata dia. tahu dari siapa nomor mu.." tanya tristan lagi..
"ga tau, mungkin dari teman kita."
"ohhhh".

"katanya tadi kamu mau cerita. cerita Apa?" Tanya ku pada tristan."uda lupa.oh iya aku boleh lihat paket itu tidak" tanya tristan sambil menerawang.
"boleh, bentar ya ku ambilkan di kamar."

"ini" kata ku padanya sembari menyerahkan paket-paket itu.
"lisa, biasanya paket ini diantar setiap hari? "tidak" jawabku. "jam berapa biasnya di antar?" tanya tristan sok menyelidik.
"ga tentu, mungkin siang hari saat aku tidak ada di rumah"
"begitu ya."

kami terdiam sejenak, seolah-olah ada yang kami pikirkan. "lisa" sapa tristan tiba-tiba. "apa?" Tanya ku lagi padanya.
"aku mau cerita soal nina"
"nina..."'jawab ku sedikit terkejut."cerita lah"
"begini, sebelum kamatian nya beberapa bulan yang lalu. Aku sempat melihat nya ke rumah mu. apa dia menjumpai mu"
"tidak.." kataku.."emang nya ada apa."
"tidak ada apa-apa" sahutnya lagi..
aku tidak mengerti dengan tristan. kenapa dia tidak memberitahu ku. Dari wajah nya seperti ada yang iya sembunyikan dari ku. "mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahu nya" mungkin pikir tristan dalam lubuk hatinya.
"lisa, aku pulang ya"
"ya sudah" Jawab ku.
"om, tante Tristan pulang ya"
"iya" sahut ibu dari dalam rumah..

Aku kembali ke kamar ku dan mulai kembali memikirkan hal tadi.

"tidak ada satu pun dari hidup ini yang ku mengerti. Paket, mimpi apa itu semua." Pikirku."besok aku harus cari tahu siapa yang mengirim itu semua. "harus" kata ku dengan keras.
rasanya malam ini aku tidak ingin tidur, dan tidak ingin memimpikan mimpi yang bisa di bilang aneh itu. tapi apa yang harus di kata, malam itu kedua mata ku mendesak ku untuk memejamkan mata.

***********

"pagi ayah, pagi ibu" Sapa ku pada ayah dan ibu yang sudah berada di meja makan. "aku berangkat dulu ya." Kata ku smbari mencium kedua tangan kanan mereka.
Tristan sudah menuggu ku dengan sepeda motornya yang itu-itu saja setiap hari.
"tumben, datang nya cepat.." Sapaku padanya. Tristan termasuk orang yang sering telat. Biasanya aku harus menunggunya bermenit-menit. "datang cepat salah, ga datang cepat juga salah, jadi maunya gimana." Jawabnya tertawa.  "pakai nii helm."
Aku kesal setiap kali tristan menyuruh ku memakai helm. Tapi tidak apa-apalah, ntar kalau aku protes terus dia bisa-bisa tidak mau lagi berangkat dengan  ku. Kan lumayan irit ongkos.
"lisa, nanti kerumah riski yuk,"
"ngapain" tanya ku padanya." aku sedikit curiga ngelihat anak itu."jawabnya."iya, aku juga. Dia tahu tentang aku. mungkin dia diam-diam ngefans kale sama ku,tan”.
"mulai deh, geernya. Jadi males aku" Jawab tristan.
"akhirnya sampai juga di sekolah. soalnya aku uda malas nii dekat-dekat sama kamu terus. Ga di sekolah, di kelas dan dirumah, yang ku lihat kamu-kamu aja" Canda ku pada tristan. Aku berlari menuju kelas ku dengar teriakkan tristan "woi, aku juga males kale."

"pagi lisa" sapa riski dari meja yang iya duduki.
"pagi juga" Sahut ku. Sebenarnya aku sedikit takut duduk dengan riski. Aku ingin sekali pindah, Tapi bangku ini bagi ku sangat berarti. "mungkin kalau aku pindah banyak cewek yang ingin duduk dengan nya. Tampang nya yang lumayan ini, mungkin bisa menarik anak perempuan di kelas ku ini. Riski memilki wajah yang lumayan. "mungkin saat ini aku belum naksir padanya, mungkin saja nanti. Heheeee" pikirku dalam hati sembari tersenyum padanya. " Lisa..." tiba-tiba saja teriakkan dari luar mengejutkan ku. "mana uang ku yang kamu pinjam kemaren" kata tristan padaku. "dasar".Suka bikin malu orang aja. Utang ku sama dia kan cuma seribu, itu aja minta  tagi. Lah dia yang utangnya berpuluh-puluh ribu sama ku. ga pernah tuh aku tagi" Pikir ku kesal. "nah, seribu kan" Teriakku padanya. Semua murid memperhatikan kami. aku malu sekali, sampai wajah ku memerah.
Setelah mendapatkan uang itu dia pergi meninggalkan ku begitu saja tanpa meminta maaf. "dasar" Kata ku dengan keras hingga mengejutkan semua orang. Riski yang disamping dari tadi hanya tersenyum memperhatikan perilaku ku dan tristan tadi. "kamu ternyata lucu ya" Kata nya pada ku.





Saturday 20 August 2011

A Last Gift part 3

"hay lisa" riski menyapa ku dari luar pagar. "loh, itu kan anak baru itu. Dia kok tahu rumah mu,lis?" Tanya Tristan heran sekaligus terkejut. "mana ku tahu" Jawab ku pada tristan yang masih terpaku di sebelah ku. "maaf ya aku uda menggangu kalian berdua" Kata riski pada kami berdua. "tahu dari siapa rumah ku" Tanya ku padanya. "tahu dari seseorang." Jawab nya jujur. "siapa?" Tanya tristan penasaran "adalah..."Sahut nya lagi. aku tidak berniat tahu siapa seseorang yang di maksud oleh riski. "ada apa mau ke sini" Tanya ku lagi padanya. "jadi, ga boleh ya. biar aku pulang nii." Jawabnya. "akh, ga papa kok" jawab ku lagi.

"sebentar ya aku ambilkan minuman untuk kalian" Kata ku pada mereka berdua.
"iya" Sahut riski.
"tumben banget nyediain minuman, biasanya kan ga." Kata tristan meledek ku.
Aku segera berlari menuju dapur untuk menyediakan minuman mereka berdua. Aku tidak tahu apa mereka sedang berbincang-bincang di teras depan sekarang.

Aku kembali ke teras depan.. Aku melihat mereka berdiam-diaman saja, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. "ini minumannya, di minum ya" Ku letakan minuman itu di meja dekat pintu. "kok, ga ngomongan sih. Kita bertiga kan satu kelas" kata ku pada mereka. "oh, iya aku tristan." Sapa tristan mengulurkan tangan kanannya pada riski. "riski" jawab riski membalas uluran tangan itu. "apa gerangan kamu kesini" tristan tiba-tiba saja bertanya pada riski. "aku hanya ingin berkunjung saja kesini. "oh, begitu" Sambung ku. "oh, iya, lisa. Tadi kamu mau nyeritain apa" tanya tristan pada ku. "akh,ga jadi. Kapan-kapan aja." Jawabku. "kok ga jadi sih." jawabnya lagi. "kok, ga jadi lisa, apa karena aku ya." sambung riski. "ga akh. aku lupa apa yang mau diceritain" sahutku pada riski. "gimana kalau kita main monopoli aja" ajak tristan. "setuju" Sahut aku dan riski serentak.

Baru sebentar saja kami bertiga sudah begitu akrab. Kami bertiga menghabiskan waktu yang singkat itu hingga kesorean bermain monopoli bersama.
Tapi ada yang aneh saat aku melihat dan memperhatikan riski, wajah nya itu seperti seseorang yang aku kenal.
“iya, wajah itu seperti nina” aku berkata dalam hati
“hey, apa lihat-lihat” riski merasakan bahwa dari tadi aku memperhatikannya.
"wah, pemenang nya aku" Kata tristan senang. "uh, ga terasa uda begitu sore ya" Kata riski menyambung.
“Kita, pulang ya lisa” serentak mereka pamit.
Sejak saat itu aku dan Tristan mulai dekat dengan riski. Kami sudah menganggap riski sebagai sahabat kami.

************

"sayang" Teriak ibu dari luar kamar."ada apa bu." Tanya ku lagi. "ada tristan " Kata ibu padaku. "ya ampun. Barusan aja dia pulang. Eh, datang lagi." Pekik ku . belum lagi aku masih mikirin kenapa riski bisa tahu rumah ku. Sebenarnya aku ingin tahu siapa seseorang itu, ya tapi apa boleh buat lah dia juga tidak ingin memberitahu ku.
 "ada, apa sih tristan" Jawabku kesal pada Tristan yang sedang duduk diruang tamu ku.
 "aku balik, mau ngasih tahu sesuatu aja" Jawabnya lagi padaku."sesuatu apa".."ini soal riski,lis. Apa kamu ga heran? Tanyanya. " heran lah."...
"kira-kira siapa ya seseorang yang dimaksud riski tadi. secara kan yang tahu rumah mu kan cuman aku dan nina. teman-teman yang lain kan pada ga tahu rumah mu. Aneh kan" Kata Tristan
"iya, kamu benar. Aku juga tadi mikirin itu di kamar. Siapa ya"
"aku juga ga tahu."jawab nya.

"kita ke teras yuk. Ada yang mau aku ceritain ke kamu" ajak ku pada tristan.
"mau cerita yang tadi ya, tapi uda lupa" ledek nya.
"gini tristan. Dua bulan terakhir ini sejak nina meninggal aku selalu mendapat kan sebuah paket kosong. aku bingung dari siapa paket itu"
"emang nya nama pengirim tidak tercantum" tanya tistan.
suasana malam ini dingin, seperti mendukung cerita ku ini.
"itu dia masalah nya pengirim tidak mencantumkan namanya"
"uda dapat berapa paket kamu" Tanya tristan penasaran.
"uda empat buah yang kudapat. Tapi yang anehnya paket itu selalu di bungkus dengan kertas yang sama. Apa coba maksudnya"
"mungkin aja pengirimnya itu ngefans sama kamu. Ada juga ya yang ngefans sama kamu. hehhhe" ledek tristan.
"tapi aku ga suka. mau ga bantuin aku selidiki siapa pengirimnya"
"gimana ya. ya udah, mulainya kapan" Tanya nya lagi.
"mulai besok gimana"tanya ku padanya.
"ya udah" Kata tristan.
"katanya kamu juga mau cerita,tan. Apa?" Tanya ku padanya.
"begini..."
Tiba-tiba saja hp ku berdering.....

Apa kah kelanjutan nya...

Review ala-ala Kim Ji Young Born 1982

Apa kabar kalian semua? Ku harap kalian baik-baik saja. Selamat menjalani hari ini dan hari-hari selanjutnya dengan kegembiraan :'...