Saturday 22 October 2011

My Best Friend My Life Giver Part 7

Saat Aku pulang bersama ibu, Semua kenangan ku bersama Felix terniang jelas. Saat kami bertemu  pertama kalinya di taman itu. Saat dia membuat kan kue untuk ku. Semua kini hanya kenangan yang hanya bisa ku kenangan. Aku masih saja memikirkan itu.

Aku kembali ke rumah dan masuk ke kamar utuk beristirahat.
"Maaf kan aku Felix aku tidak bisa menepati janji kita. Aku......aku sangat menyesali itu." Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata ku lagi, hingga ku terlelap dalam tidur.
Aku merasa melihat Felix memakai baju putih yang bersih ku lihat dia tersenyum pada ku dan melambaikan tangannya. Aku melihat nya dengan jelas tersenyum hangat pada ku. " Felix....Felix...Felix..." teriakku. Bayangan itu perlahan-lahan menghilang. " Felix" teriakku.
"sunny...sunny bangun sayang." Kata ibu membangun kan ku." ada apa?"
"aku bermimpi melihat felix bu," Kata ku sembari memeluk ibu," Aku takut." Kata ku lagi.
"jangan takut, ibu ada disini, itu kan hanya mimpi. Mungkin Felix mau menjumpai mu untuk terakhir kalinya. Sudah jangan menangis lagi. itu riska ada di depan mennggu mu" Kata ibu pada ku. Ngapain riska sore-sore begini ke sini.

Aku segera menghapus air mata ku dan menemui riska di depan. "ada apa?" tanya ku. " jadi nggak boleh nii kerumah kamu?".
"boleh.?" Kata ku lagi.
"jalan yok. kan bosan di rumah terus, sekalian buat menghibur menghilangkan kesedihan ini" Ajak riska.
"sebentar aku ganti baju dulu." Kata ku. "ibu aku perginya"
“iya, jangan malam kali pulang nya” kata ibu dari dalam rumah.

************
 Riska melajukan sepeda motornya dengan kencang. "kemana nii?" tanya nya pada ku.
"terserah kamu aja. kan kamu yang ngajak aku." Kata ku lagi.
"aduh binggung." Katanya.
"ya sudah ketaman aja kita." Kata ku sembari menunjuk pohon besar didekat kursi taman.
" kesini. ini kan tempat kamu sama Felix sering bersama. kok kesini ntar kamu sedih lagi." Kata riska pada ku.
"kangen" Kata ku. "ya sudah" kata Riska.
kami duduk dibawah pohon rindang itu. Aku mengitari pohon itu sembari mencari sesuatu.
"nyari apa sih sunny." Riska mengejutkan ku.
"nggak ada"
"sebentar ya aku cari minum dulu." Riska pergi meninggalkan ku sendirian disana.
"aku menemukannya" teriakku.
"ini. SUNNY AND FELIX BEST FRIEND FOREVER " Tulisan ini tulisan yang pernah dibuat Felix saat kami bersama. " Aku mengukir pohon ini dengan nama kita supaya kamu ingat sama aku terus,sunny” Aku teringat kata-kata yang di ucapkan felix dulu.
Riska mengejutkan ku. "woi, lagi mikirin apa sih?" katanya.
"tidak ada." Kata ku berusaha menutupi ukiran itu.
“minumannya nggak ada” kata riska cemberut "apa sih itu sunny." Kata riska lagi.
"tidak ada apa-apa kok, yok pulang yok. Tiba-tiba aku pusing ini." Kata ku berusaha membujuk riska. Aku takut riska mengetahui itu.
"ya sudah pulang yok." Jawab nya lagi.

Riska tiba-tiba saja menghentikan sepeda motornya. "sunny, kesana yok, aku mau beli es dulu. katanya enak loh. Kamu mau satu?" Katanya pada ku.
Aku kirain apa. Eh ternyata dia berhenti karena cuma mau beli es. "terserah kamu aja." Jawab ku. "aku tunggu disana ya."
Aku melangkahkan kaki ku kesebuah bangku panjang tidak jauh dari penjual es itu. Sepertinya aku pernah kesini, pikir ku dalam hati. Kucoba mengingatnya tapi aku tidak menggingat nya. 'hei" seseorang mengejutkan ku. "riska...riska..." kata ku "kamu bikin aku terkejut."
"maaf deh. Ni es kamu." memberikan es yang ada ditangan nya.
"Aku meraih es itu dan mulai memakannya. rasa es ini seperti pernah ku makan. Rasanya benar-benar enak. Es ini kan es pertama yang diberikan Felix pada ku saat kami pertama jumpa dulu. Aku sudah mengingat nya.

"enak kan, sunny." kata riska.
"iya." Jawab ku.
"kita disini aja ya. Adem." katanya lagi pada ku.
"terserah kamu. Selama aku masih diantar kamu pulang aku sih mau-mau aja." canda ku.
"gini dong sunny yang aku kenal dulu, ceria dan bersemangat. tidak tenggelam karena kesedihan yang berlarut-larut.
Riska tidak tahu sama sekali, tempat ini. Tempat dimana aku dan felix bertemu pertama kali. Tempat dimana Felix memberiku es yang rasanya amat sangat enak untuk pertama kali nya. Riska tidak tahu sama sekali tentang itu.  Tanpa disadari Riska telah membawa ku ke tempat dimana Aku dan felix selalu bersama.

"Makasih ya Riska." Tanpa kusadari kata-kata itu keluar dari mulut ku.
"makasih apa. Makasih buat es nya ya." riska menatap ku heran.
"terima kasih karena membuat ku mengingat kenangan itu." Kata ku lagi padanya.
Riska mengerutkan keningnya dan menatap ku bingung. "kenang apa?" Tanya nya penasaran.
"nggak apa-apa kok." Kata ku lagi. "udah habisin aja tuh es nya?" Mengalihkan pembicaraan kami.

"udah lama banget nggak kayak gini sama kamu, riska." Kata ku.
"iya, nggak terasa nii. Kita bicara-bicara udah gelap juga."
"iya, pulang yok riska?" Bujuk ku.
"udah lega kan nggak teringat dia lagi. Riska gitu." Kata riska
"hahahhaaa" Aku tertawa melihat tingkah nya yang lucu itu.




Saturday 8 October 2011

My Best Friend My Life Giver Part 6

"riska aku sudah terlambat.." Aku mulai meneteskan air mata ku.
"sunny..." riska pun mulai meneteskan air mata juga.
"kalian, temannya den Felix kemarin kan" tiba-tiba seorang wanita yang sepertinya kami kenal menghampiri kami. "iya, bu." riska menyahut.
"non sunny yang mana ya," Tanya wanita itu.
"saya bu," ku hapus air mata ku.

"bu, boleh ceritakan ke kami apa yang terjadi sama felix" Tanya riska juga.
"ayo masuk dulu"
aku tidak sanggup melangkahkan kaki ku menuju rumah itu, setelah apa yang terjadi kemarin. Kini penyesalan meliputi diri ku. Aku sungguh sangat menyesal. sekarang aku sudah berada di taman belakang rumah besar itu.

"kesini non, bibi akan ceritakan awal kejadian nya"
"baik bi,"
"kemarin setelah non sunny pulang, Penyakit den Felix kambuh. Tapi dia tetap saja ingin mengejar non ke rumah, padahal saat itu kondisi nya sangat buruk. Saat di perjalanan den Felix pingsan. Saat di bawah ke rumah sakit kondisi nya kritis." wanita itu mulai meneteskan air mata.
Perlahan-lahan air mata ku dan riska mulai terjatuh.
" Saat kondisi nya kritis den Felix sempat sadar, dia meminta saya menelpon anda. Tapi anda tidak mengangkat telpon itu."
aku mengingat-ingat kejadian itu. Memang benar Felix sempat mnelpon ku berkali-kali, tapi aku tidak mengangkatnya aku mengabaikan nya. Padahal itu terakhir kali nya aku bisa berbicara dengan nya.
"lalu Felix menyuruh saya mengirimkan pesan terakhir nya pada anda. Tapi anda tidak membalasnya."
Aku juga ingat saat pesan felix masuk aku langsung menghapusnya tanpa sempat membaca pesan itu. rasa bersalah terus meliputi ku.
"isi pesan nya apa , bi? tanya riska.
"den Felix cuman mengatakan minta maaf. Di detik-detik terakhir Den Felix memberikan saya ini. Dia menyuruh saya memberikan ini pada anda non sunny."
"ini, apa ini bi." Tanya ku.
"saya tidak tahu, Den Felix melarang saya membuka nya."
"makasih nya bi." Kata riska.
"oh iya. Den Felix selalu menceritakan anda non Sunny. Baginya anda adalah sosok sahabat yang sangat berharga. Bahkan dia rela menyembunyikan identitas nya dan menyamar menjadi orang biasa untuk berteman dengan anda."
"dia juga menceritakan masa-masa kalian bersama dulu. Dia juga minta maaf karena dia telah meninggalkan anda sendiri saat itu dan menyembunyikan identitasnya. Saat itu dia harus pergi dengan ayah nya untuk menerima donor mata. Setelah dia kembali dia mencari-cari anda. Dia bertekad, orang yang pertama sekali harus dilihatnya adalah anda"
"oh iya, kalau kami boleh tahu Felix sakit pa?" Tanya riska lagi.
Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi. Aku selalu terniang kenang-kenangan ku dulu bersama felix. Bagi ku juga Felix adalah sahabat yang paling berharga melebihi apapun.
"kanker non. Saya tidak tahu pasti dia sakit kanker apa. Den Felix ga pernah mengelu sakit. Dia menyembunyikan penyakitnya dari keluarganya. Kabar nya juga den felix nggak cerita kalau dia sudah mendonorkan salah satu ginjalnya pada seseorang. Kami juga baru tahu hal itu.
Kalau begitu mari saya antar ke depan. kalian harus lihat Felix untuk terakhir kalinya.
Aku dan Riska saling bertatapan. "nggak usah diantar,bi. Kami sendiri saja. makasih ya bi."
"sama-sama non." Kata wanita itu.

“Felix nggak pernah cerita kepada keluarganya kalau dia mendonorkan salah satu ginjalnya pada ku” bisikku dalam hati
Wanita itu meninggalkan kami berdua di taman itu. Aku langsung memeluk erat riska dan menanggis sekuat-kuat nya.
"sudah lah sunny. Ini sudah terlambat, tidak ada lagi yang perlu di sesali. Ayo kita kedepan."
Aku mengikuti riska dari belakang. Kaki ku terasa berat melangkahkan kaki.

saat tiba di depan.
Aku melihat sosok Felix yang sedang terbaring. Felix terlihat sangat kaku. Dia seperti saat dia sedang tidur, begitu nyaman  Wajah nya tersenyum, Perlahan-lahan aku medekat dan menatapnya.
"maafkan aku. Aku sangat menyayangi mu." Bisikku. Dan aku mulai menjatuhkan air mata ku lagi.

***********
Esok harinya aku mengikuti pemakaman Felix. Kotak pemberian Felix itu belum ku buka. Aku belum berani membuka nya. Untuk melepaskan kepergian Felix  untuk selama-lamanya, Aku tersenyum padanya untuk terakhir kali dan memberinya bunga kesukaannnya.
"sunny, ayo kita pulang" Kata ibu pada ku.
"sebentar aku masih mau disini"
"ibu, tunggu kamu di mobil"
"baiklah." Kata ku.
Pemakaman pun berakhir aku pulang bersama ibu.

Thursday 6 October 2011

Last Gift part 8


"pintar ya.." aku menepuk pundak tristan..
"aku kan memang pintar” percaya diri kali kamu Tristan kata ku pelan. "mulas perut ku dengar nya." aku bercanda di sela keseriusan mereka berdua.
"tutup saja telinga kamu" kata riski menyambung.
ini anak dari kemaren kok sensitive kali sama aku. Heren deh. Dasar aneh. Membosan kan pagi itu bagi ku yang biasanya online kali ini tidak. Gara-gara kedua detektive yang ada di rumah ini. Aku bersandar di sofa ku sambil memejam kan kedua mata ku. Pagi ini aku masih mengantuk.

Tiba-tiba suara tristan berteriak ke arah wajah manis ku ini. "woi, bangun." kata nya pada ku. "aku terkejut tahu, aku tidak tidur tahu. cuma memejamkan mata saja." tristan ini uda gila kali teriak-teriak di depan wajah aku, napas nya bau lagi.
waktu uda menunjukkan pukul 11. Satu pun tanda-tanda orang datang tidak ada. "aku mau ke dapur dulu ya, mau minum." aku meninggalkan mereka di ruang tamu. Hari ini ibu tidak dirumah. Ibu dan ayah sedang pergi ke luar. Mereka pergi setelah aku bangun tadi dan selesai mandi.  Jadi aku di tinggal sendiri di rumah di temani dua orang sahabat ku. "mau minum apa" tanya aku pada mereka berdua. "apa aja yang penting segar." sahut riski.

"ini minumannya" aku sodorkan dua gelas air kepada mereka.
Tiba-tiba saja Handphone tristan berdering. "lisa, tolong angkat kan".
"mama mu" sahut aku lagi.
"halo, ma". ku serahkan handphone nya. "ada apa."
"apa pulang, tidak bisa sibuk" Sahutnya lagi.
"baiklah.." kata tristan menyerah.
"riski, aku pulang duluan ya, ada urusun ini." tristan menepuk punggung riski yang sedang meminum minuman yang aku sodorkan tadi."ya sudah, hati-hati" katanya pada tristan. "lisa pulang ya." pamitnya pada ku.
"masa mau ninggalin aku sendiri"
"kan ada riski. Riski jagain lisa ya" kata tristan pada riski dan bergegas pulang.
Mungkin tristan lagi ada urusan keluarga. Biasanya kan dia tidak mau meninggalkan aku kalau aku sendirian di rumah. Aku takut kalau sama riski. Akhir-akhir ini sikap nya itu berubah.
"mau makan apa riski, biar aku ambilin." Tanya ku padanya yang terus mengamati luar rumah. "ga usah repot-repot. aku lagi tidak lapar."
"oh, ya sudah, kalau mau apa-apa bilang aku aja." aku mencoba ramah padanya.

Hari ini terik sekali, suasana panas. Orang yang di tunggu tak kunjung datang. Namun ada sesok pria yang terus mengamati rumah ku. Aku pikir orang itu bukan orang yang tinggal di sekitar sini. "riski, lihat lah pria itu dari tadi aku perhatikan dia mengamati rumah ku terus."
"yang mana. Pria itu ya. Mungkin saja dia orang nya. Kita lihat saja dulu." sembil mencari sosok yang aku katakan.
"lihat dia membuka pagar rumah ku." aku panik dan takut sekali saat ini. "jangan takut, lisa. Tenanglah. kan ada aku." riski mencoba menenangkan ku.
"lihat dia meletakkan sesuatu di depan pintu rumah ku. ayo kita keluar sekarang kita tangkap orang itu." kata ku pada riski. "sabar, jangan gegabah" riski menarik tangan ku. "waktunya".
saat kami membuka pintu orang tersebut langsung berlari sekencang mungkin dan hilang dengan sangat kencang. riski mengejar pria tersebut. aku membuka paket itu dan aku terkejut melihat buku harian  yang sebelumnya aku pernah liat. "ini kan buku harian nina" kata ku dalam hati.

Riski kembali dengan nafas yang tidak teratur. "ini minum" aku menyodorkan segelas air padanya. Aku memberanikan diri ku menanyakan tentang buku harian nina. "riski,aku boleh tanya sesuatu. Jangan marah ya" kata ku pada nya. "mau tanya apa?" Sahutnya. "kamu janji kan mau tunjuki pada ku isi buku harian  nina, mana?" Tanya ku hati-hati. "maaf, lisa. buku itu hilang kemarin" Katanya sedikit kecewa. "hilang" aku terkejut sekali.
“kok bias hilang?” Tanya ku hati-hati.
“kemarin,pas mau kerumah kamu ngatar buku itu. Aku menabrak seseorang yang sedang berjalan didepan gg rumah kamu, eh bukunya jatuh. Udah aku cariin sekitar situ, nggak Nampak. Aku tidak mengatakan apa pun soal paket tadi yang berisi buku harian nina. "apa isi paket tadi?" Tanya riski tiba-tiba. "e,ee kosong juga seperti biasa." jawab ku gugup. "kosong ya" riski kecewa.

aku beranikan lagi diri ku bertanya " riski, apa aja yang tetulis di buku itu. ".
"aku tidak tahu pasti, aku hanya membaca sedikit hanya beberapa halaman saja."
"begitu ya" aku bingung apa kah aku harus kata kan kalau aku mendapat kan buku harian nina.
"maaf ya lisa sebelumnya aku curiga melihat gerak-gerik tristan" kata riski hati-hati pada ku.
"kenapa bilang gitu. Aku uda lama kenal sama dia bahkan sebelum aku mengenal nina. emang nya ada apa riski."
"tidak ada apa-apa" Kata nya lagi pada ku.

Siang itu riski tertidur di sofa rumah ku hingga sore. Mungkin akibat efek kelelahan karena tadi mengejar pria itu. Saat tidur aku terus mengamatinya. Wajahnya mirip sekali dengan nina.
Aku terus mengamatinya hingga dia terbangun.
“apa, liat-liat.” Katanya pad ku.
"tidak ada apa-apa." Jawabku gugup.
"ganteng ya aku waktu sedang tidur" candanya pada ku.
ini anak percaya dirinya besar banget, iya sih ganteng sih ganteng. ya aku kok jadi begini.
"lapar" Kata riski lagi pada ku. "ibu kamu uda pulang?'" tanya nya lagi.
"blom. Mungkin ntar malam. kamu lapar ya, mau makan apa.biar aku buatim."
"apa aja deh yang penting enak di makan." dia pergi meninggalkan ku dan berlari ke ruang tengah untuk menonton.

"ini makanannya" ku sodorkan makanan yang telah ku buatkan untuk nya. "letakkan disana aja" Katanya lagi. "di makan dong, kan aku capek membuatnya." aku sedikit kesal dengan nya. "baiklah, aku makan. wah, enak. kamu pandai memasak juga ya." riski mencubit kedua pipi ku. "sakit tahu" aku mengelus kedua pipi ku yang tadi di cubit riski. Perasaan ku malam itu bercampur aduk.




Bersambung........

Review ala-ala Kim Ji Young Born 1982

Apa kabar kalian semua? Ku harap kalian baik-baik saja. Selamat menjalani hari ini dan hari-hari selanjutnya dengan kegembiraan :'...