Friday 25 May 2012

Last Gift Part 17


Proses belajar mengajar sangat membosan kan. Teman mengobrol nggak ada. Mata mulai celinga-celingu, memperhatikan sekitar berharap seseorang akan muncul dari pintu dan mengatakan hari ini kita libur selama 1 bulan, dikarenakan macet dijalan melanda kota ini. Apa coba hubungan nya sekolah sama macet sama sekali nggak nyambung dan nggak masuk akal.

Dewi fortuna kali ini benar-benar tidak memihak pada ku. Ulangan bahasa prancis mendadak diadakan. Padahal aku belum belajar sama sekali. “sial” aku menggerutu dalam hati. Baru aja sembuh sakit, eh uda ada sakit lain melanda. Benar-benar tragis.
Ulangan pun dimulai. Saat ini soal ada di depan mata. Aku mulai membolak-balikan soal dan membaca satu persatu. Dan tak satu pun bisa ku artikan. Dengan kekuatan bintang aku pun mulai menjawabnya. Aku tidak berharap itu semua akan benar. Akhrinya waktu yang ku tunggu pun tiba. Bel istirahat pun berbunyi dan itu artinya ulangan mendadak bahasa perancis berakhir.

Aku duduk di kantin sendirian, tidak seperti biasa ditemani ke dua teman ku itu. Aku mulai berpikir ke mana aku harus mencari mereka. Akhirnya aku mendapatkan ide untuk mencari mereka sepulang sekolah nanti.

*********

“bu, lisa mau keluar sebentar. Boleh ya?” Aku membujuk ibu yang sedang duduk diruang tamu.
“ya ampun lisa. Baru aja pulang sekolah uda mau pergi lagi. Yaudah cepat pulang ya jangan malam kali pulangnya.” Cerewet ibu.
“dah ibu.” Kata ku pada ibu.

Aku melintas di depan rumah Tristan,dan memutuskan untuk masuk. Mana tahu aja tadi teristan pulang pas aku sekolah. Aku mengetuk pintu itu berkali-kali. Memanggil-mangil nama Tristan. Tak seorang pun menyahut dan membuka pintu itu. Pupus sudah harapan, rumah  Tristan kosong. Aku membalikkan badan ku berjalan lambat ke arah pagar Tristan. Tiba-tiba saja pintu rumah tristan terbuka. “seseorang telah membuka nya” aku langsung membalikkan badan ku dan melihat orang yang membuka pintu itu adalah Tristan.

“Tristan” aku terkejut. “aku kiraiin, dirumah nggak ada orang” kata ku pada nya. Dia masih saja berdiri di depan pintu tanpa ekspresi apa pun. “nii, anak kayak nya baru bangun tidur” Pikir ku dalam hati.
“maaf ya Tristan kalau aku uda ganggu tidur siang kamu. Ya udah aku balik dulu” aku berlari kecil keluar pagarnya.
“gawat, bisa-bisa dia marah nii, gara-gara di ganggu, terus nggak mau temani aku cari riski" aku berkata dalam hati kecil ku.

Saat berada di depan pagar Tristan aku melihat kearah rumahnya sebentar. Aku masih melihat Tristan di depan pintu dengan wajah kebinggungan. Mungkin dia kebingungan ngeliat tingkah ku tadi. Aku berjalan masuk kembali ke rumah itu dengan perasaan takut.
“cewek aneh” celetuh Tristan.
“eh, siapa yang aneh kali. Kamu aja tuh malas ke sekolah” kata ku pada nya.
“ada perlu apa kesini” Kata nya lagi.
“mau minta temeni cari riski.” Kata ku takut-takut.
“ya udah tunggu disitu aja” kata nya meninggalkan ku didepan.

"lama ya" kata ku padanya.
"oh iya tan, kamu masih marah soal kemaren itu." tanya ku takut pada tristan.
"masih" kata nya tertawa.
"ih, kamu. Aku kan serius" Kata ku padanya.
Kami tertawa bersama..

Pencarian Riski di mulai….




Thursday 17 May 2012

Last Gift Part 16


“Maaf ya bu.” Aku memeluk ibu. Aku kembali lagi ke ruang tamu meminta maaf karena sudah mengabaikan ibu.
Lagi-lagi ibu tertawa kecil melihat tingkah ku itu.

“emang tadi siapa lisa, yang datang” ibu membereskan belanjaan nya.
“bukan siapa-siapa. Lisa aja nggak kenal” aku mengerutkan kening.
“ohhh,  ya udah tiduran lagi sana.” Ibu menyuruh ku.
“nggak akh, malas tiduran terus. Ntar gemuk.” Aku tidak menyetujui ajakan ibu kali ini. “aku lapar” aku mengambil sepotong roti yang ada di atas meja makan.
“oh iya bu aku ke kamar ya” meninggalkan ibu di dapur sambil melahap habis roti yang ku ambil tadi.
“tunggu lis, bantuin ibu aja, kalau emang udah ngerasa baikan”  kata ibu.
“kayak nya aku sakit lagi deh bu. Ni panas kan” aku memegang dahi ku.
“pegang deh bu” aku menarik tangan ibu untuk memyentuh dahi ku.
“panas kan”
“alasan kamu aja”
“akh ibu tahu aja” Aku tertawa dan berlari kecil ke kamar.
Keesokan harinya.
“ibu, aku berangkat sekolah  ya.” Aku berpamitan pada ibu.
“bareng siapa? Tristan?
“nggak bu. Kayak nya naik angkutan umum aja deh.”
“udah ibu antarin aja. Tunggu sebentar”
“emang ayah kapan pulang nya sih bu?”
“seminggu lagi.” Ibu menyahut dari dalam rumah.
beberapa menit kemudian.
“bu, cepatan dong ntar aku terlambat nii.”
“iya, ibu udah siap nii.” Tiba-tiba ibu keluar.
“kok rapi amat cuma mau ngantar aku.” Aku menatap ibu penuh tanda Tanya.
“sekalian mau kerumah tante rara, kayak nya pulang malam. Kamu berani kan? Ibu
berkata seolah-olah aku masih anak berusia 5 tahun yang takut ditinggalin
sendirian dirumah.
“ya ampun. Ya enggaklah bu.” Aku pura-pura berani, padahal aku takut.
Selama di perjalanan aku dan ibu tidak berkata sepatah kata pun.
sesampainya di sekolah aku mencium tangan kanan ibu pertanda pamit.

*********


Pagi itu suasana di kelas nggak seperti biasa,  ada berita baru yang lagi hangat di perbincangkan anak satu kelas.  Mereka membicarakan berita yang nggak aku tahu sama sekali. Ini karena aku nggak masuk sekolah kemarin.

Aku menarik bangku untuk duduk.
“riski kok belum datang ya” aku bertanya-tanya dalam hati.

Aku memberanikan diri bertanya pada teman di depan ku.
“riski semalam datang?”
“nggak” jawabnya nya simple.
Aku memalingkan mata ku ke arah sudut kelas tepatnya kearah  meja yang  ada disudut sebelah kanan, dimana itu adalah bangku nya Tristan.

Aku kembali bertanya pada teman ku. Kali ini teman yang ada dibelakang ku mendapat giliran untuk ditanyai.
“eh, si Tristan semalam datang” aku bertanya padanya.
“nggak” lagi-lagi jawaban yang simple, tanpa basa basi.

“kok mereka nggak pada datang ya” aku kembali bertanya dalam hati.

Kira-kira siapa lagi yang mendapat giliran untuk ditanyai oleh ku. Dan ternyata kali ini via mendapat giliran.  Wajahnya berubah saat aku mulai mendekatinya.
Maksud hati ingin bertanya ada berita apa yang membuat kelas menjadi heboh.
Tapi belum sempat ditanyai si via langsung kabur aja.

Untuk hari ini ku urungkan niat untuk bertanya pada teman ku. Bel masuk berbunyi, les pertama berlangsung.



Review ala-ala Kim Ji Young Born 1982

Apa kabar kalian semua? Ku harap kalian baik-baik saja. Selamat menjalani hari ini dan hari-hari selanjutnya dengan kegembiraan :'...