Thursday 16 February 2012

My Best Friend My Life Giver Part 10

Tertawa bareng riska membuat hatiku semakin cerah. Tidak ada lagi awan mendung yang selalu menghujani hati ku. Aku menjalani hari-hari ku seperti biasanya. 
"ris, uda setahun ya Felix ninggalin kita. Besok ke makamnya ya." Ajak ku pada riska.
"besok?" riska berpikir sejenak. "kayaknya nggak bisa, aku besok banyak acara." kata riska.
"yah, nggak bisa ya. Ya udah aku besok pergi sendiri aja." Kata ku.
"maaf ya sunny emang nggak bisa. kenapa kamu nggak pergi bareng Dicky aja." jawab riska.
"oh iya-ya" kata ku.
"kamu sok sibuk sih riska?" Kata ku.
"bukan gitu, besok aku ada acara keluarga, sunny. Bukannya aku nggak mau nemani kamu. Aku malah mau banget." Riska mencoba menjelas kan pada ku alasannya.
"iya. aku ngerti kok."
"dicky mana ya kok dia tumben nggak kesini" Tanya riska.
"mana aku tahu, mungkin dia lagi banyak tugas kali." jelas ku
"kamu cari sana?" kata riska.

Sebelum nya perkenalkan dicky pacar ku. Dicky bukan pengganti Felix. Felix tak kan  terganti sampai kapan ku. Aku menyayangi dicky sama seperti Aku menyayangi Felix. Aku tidak ingin kehilangan dicky. Aku tidak ingin kehilangan orang yang aku sayang untuk kedua kali nya.

"bentar ya, riska. Aku nyari dicky dulu" Kata ku pada riska meninggalkannya dengan sekotak makanan di hadapannya.
"tapi kamu jangan makan dulu ya. Tunggu aku." kata ku
"yaudah sana" kata riska.

Dari kejahuan aku melihat dicky sedang duduk sendirian. Aku segera menghampirinya. "kok sendiri?" Tanya ku  penasaran.
"aku lagi mikirin kamu nii," kata nya tersenyum pada ku.
"ah masa" kata ku lagi."oh iya, kamu mau nggak nemani aku besok?" ajakku padanya.
"kemana?"
"kemakam Felix. Mau ya?" bujuk ku.
"ya udah, besok kita kesana." Katanya lagi.
"makasih :)" kata ku tersenyum.
"kamu mau ini," dia menawarkan sekotak coklat pada ku."kita makan bareng aja nii coklat" Kata ku.
Kami menikmati coklat itu bersama.

Keesokan harinya.

"Ris, Hari ini kamu beneran nggak mau ikut ke makam Felix?" tanya ku membujuk nya lagi.
"pengen, tapi aku nggak bisa." katanya lagi.
"ya udah, nggak apa-apa" kata ku.
"Ris, aku senang deh punya kalian berdua." kata ku.
"siapa? aku ama dicky ya?" tanya nya.
"iya, kalian" kata ku mempertegas. " jangan pernah tinggalin aku ya" kata ku pada riska.
"BEST FRIEND FOREVER" Aku memberikan tangan kelingking ku pada riska. Dia membalasnya tanda setuju.
Kami tertawa bersama.

**********
"sunny?" Seseorang memanggil ku.
"dicky tuh?" Kata riska pada ku.
"ntar pulang sekolah jadikan?" tanya nya pada ku.
"Iya" aku menganggukkan kepala ku pertanda iya.
Dicky memang tidak dekat dengan Felix. Tapi dicky pernah kenal dengan Felix. Mereka sempat berteman sebelum Felix menghilang dulu.

Di Parkiran sekolah..
"dicky, kamu kemana aja?" tanya ku yang sudah lama menunggu nya. 
"maaf ya. kamu jangan marah ya." bujuk nya.
"nggak, itu apa?" tanya ku.
"ini, tadi aku beli disana buat Felix." kata nya sembari menunjukkan serangkai bunga indah dan wangi.
"bagus banget" Kata ku.
"yang ini buat kamu." 
"makasih" aku tersenyum padanya.

setiba di pemakamam umum tempat Felix dimakam kan.
Aku dan dicky saling berpandangan.
aku berbicara dengan diri ku sendiri "hai, Felix. Apa kabar?" Sapa ku dalam hati.
“Aku ada lagu nii buat kamu, dengar ya” kata ku dalam hati.
Berjanjilah wahai sahabat ku.
Bila kau tinggalkan ku tetap lah tersenyum.
Meski hati sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tetap tabah menghadapinya
Bila kau harus pergi meninggalkan diriku
Jangan lupa kan ku
Semoga dirimu disana
Kan baik-baik saja
Untuk selamnya
Disini aku kan selalu
Rindukan dirimu
Wahai sahabat ku.
Selesai menyanyikan lagu itu.
Tiba-tiba Dicky mengeluarkan suara." Felix, kami berdua datang untuk melihat mu. Felix kami membawa serangkai bunga ini buat mu. Semoga kamu senang ya. Kamu tahu nggak, sunny menceritakan segalanya tentang mu. katanya kamu sahabat terbaiknya. Felix, makasih ya karena kamu udah membuat sunny  bisa sekuat ini. Makasih juga udah memberikannya semangat menjalani kehidupannya." 
Aku terus memandangi Dicky. Hati ku begitu tenang dan damai saat itu. Aku menggenggam tangan kanan nya. "Dicky" Aku tersenyum Padanya.

"Felix,Kamu memang sahabat terbaik ku. Kamu adalah SAHABAT PEMBERI HIDUP KU" Kata ku.

Semenjak saat itu aku selalu bersama dengan dicky dan riska. Aku selalu berada dengan orang-orang yang menyayangi ku dan orang-orang yang ku sayangi. Hidup ku berjalan dengan penuh kebahagiaan. 
Aku tidak pernah memikirkan felix lagi, bagiku itu hanya sebuah kenangan yang nggak perlu di ingat-ingat. Aku sudah menemukan hal yang baru dan harus menjalaninya dengan penuh semangat.


Sayangilah sahabat-sahabat mu, karena Persahabatan itu bukan sebuah permainan untuk dimainkan.  Itu j bukan sebuah kata untuk dikatakan. Itu bukan dimulai bulan maret berakhir bulan mei. Persahabatn itu adalah besok,kemarin, hari ini dan setiap hari.

Kenangan indah masa lalu itu hanya untuk dikenang, bukan untuk diingat-ingat.
 Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.

THE END



Last Gift Part 11

Hampir 1 bulan nggak ngepost lagi.
Ini nii mau ngelanjuti cerita last gift nya.


"Ngapain kerumah mu tan" Tanya ku.
"loh,kok nanya lagi sih, Tapi katanya mau oleh-oleh?" jawab tristan.
"boleh juga tuh, ya udah ayo. Sekarang kan." riski beranjak dari tempat duduk nya seolah ingin segera memijak kan rem dan melaju kencang ke rumah tristan menghabiskan semua makanan yang ada disana.
"dasar....Kalau makan aja nomor satu" kata ku pada tristan.
Tristan hanya tertawa kecil."itu apa?" Tanya nya seraya menunjuk kearah paket yang ada diatas meja.
"Paket itu lagi ya?" Katanya kesal.
"udahlah, nanti kita bicarakan. Sekarang kita makan dulu" kata riski yang dari tadi sudah menunggu di pagar rumah.
"makanan aja yang dipikirin." ketus ku.
"Ya iya lah." Jawab nya lagi menambah kekesalan ku pada nya.
“kamu nggak jadi traktir aku?” kata ku pada riski.
“ngapain, orang udah ada banyak makanan” riski meledek ku.
Liat aja tuh anak.

***********
Saat berada dirumah Tristan begitu banyak oleh-oleh yang dibwa nya.
"wah, bisa kenyang nii makan ini semua" riski mengambil salah satu makanan yang ada diatas meja rumah tristan. Aku memukul pelan kepalanya."dasar" kata ku.
"oh iya tristan keluarga kamu yang lain pada kemana?" tanya ku penasaran. "tumben nggak seramai biasanya?"
"iya mereka pada belom pulang, masih disana menemani nenek?" jawab nya.
"jadi kamu kok pulang duluan?" tanya ku penasaran lagi.
"aku kangen ama kamu" Kata nya lagi.
"ahhhahhhha" aku hanya tertawa mendengarnya berbicara itu.
"jadi nggak kangen nii sama ku?" riski menyambung dengan mulut berisi penuh makanan.
"iya aku juga kangen sama mu??" katanya terpaksa.
"aku sebentar ya balek kerumah, ada yang mau aku ambil" Kata ku seraya meninggalkan mereka berdua disana.


"lisa, cepat kali balek nya?" kata riski pada ku.
"sibuk lah" Kata ku.

Beberapa menit kemudian.
"aku ngambil paket ini nii" menunjukkan paket yang ada dikedua tangan ku. "perdebatan akan di mulai". Aku berkata lagi.
"oh iya apa isi paket itu lis,?' tanya tristan.
"ini, foto-foto nina." kata ku pada tristan.
"APA? foto nina" Kata riski tiba-tiba mengejutkan ku."ni anak bikin orang terkejut aja" bisik ku. padahal dia udah tahu, tapi pura-pura nggak tahu dan membuat jantung orang mau copot gara-gara teriakkan nya itu

"lisa, coba aku lihat fotonya?" Aku memberikan salah satu foto yang mungkin tristan tahu.
Tristan menerima foto itu dan seketika raut wajah nya berubah "ini kan,?"
"iya" kata ku memotong perkataannya, seakan aku mengetahui apa yang akan ia kata kan.

"foto ini diambil di simpang gang rumah kita lisa. Mungkin ini saat terakhir nina ingin bertemu dengan mu." Kata tristan seakan-akan seorang detektif.
"iya, aku juga menduga itu?" kata ku merespon.
"siapa yang mengambil foto ini?" tanya riski oon.
"mana kami tahu. makanya itu dicari tahu, jangan nanya aja." kata ku kesal.
siapa coba yang nggak kesal dari tadi makan aja yang di pikiri. "terbuat dari apa sih lambung nii anak, kok bisa menampung banyak makanan." Kata ku dalam hati.
"tristan, kamu ingat nggak waktu itu selain kamu yang ada di tempat itu siapa lagi.
"mana dia tahu" ketus ku.
"aku bukan nanya kamu. Jadi tolong jangan di jawab." ketus nya.
aku hanya terdiam seraya digampar sehelai kertas.
"aku nggak ingat, lagian pertanyaan kamu nggak logis." Jawab tristan.
"mana tahu, ada wajah-wajah yang familiar gitu." kata riski lagi,

"Udah masalah siapa yang ngambil foto ini nggak usah dipermasalahkan, yang harus di permasalahkan adalah siapa pengirim paket-paket ini dan kenapa dia melakukannya?" Kata ku.

"iya, kamu ada benarnya juga lis." kata tristan.
"gimana kalau besok kita ke kuburan nina aja" ajak riski.
"iya ya," kata ku.
"ya udah besok kita kesana. Aku tunggu dirumah ku" kata ku pada mereka.
"aku pulang duluan ya" kata riski meninggalkan aku dan tristan.
"aku juga nii tan. bye" kata ku padanya.
Hati ku tetap saja tidak tenang meski aku sudah memberitahu paket itu pada kedua sahabat ku itu. Aku belum memberitahu tentang buku harian nina yang kudapat dari paket sebelumnya.



Review ala-ala Kim Ji Young Born 1982

Apa kabar kalian semua? Ku harap kalian baik-baik saja. Selamat menjalani hari ini dan hari-hari selanjutnya dengan kegembiraan :'...