Saturday 28 April 2012

Last Gift Part 15




Hari ini aku menghabiskan waktu ku di kamar berbaring lemah.
Telepon genggam ku matikan. Aku ingin membuat mereka khawatir dan menjenguk ku ke rumah, Tapi tak seorang yang ku tunggu itu datang.
“Tristan benar-benar nggak jemput aku, nggak jenguk aku juga.” Pikirku dalam hati.
“riski juga” aku cemberut di kamar sendirian.

“lisa, ibu sebentar ke apotik ya” ibu menghampiri ku di kamar.
“iya, jangan lama-lama ya bu” aku berkata pada ibu.
ibu memegang dahi ku “udah nggak panas kayak tadi, nggak usah jadi kedokter ya. Minum obat juga ntar turun.” Ibu meninggalkan ku dikamar sendiri.
“ibu, tadi ada nggak yang cariin pas aku tidur.” Aku bertanya pada ibu dengan suara agak di keras ku supaya ibu mendengar ku.
“nggak ada” ibu menyahut.
“ibu, pergi ya lisa”  samar-samar ku dengar.
“iya” sahut ku pelan.

Aku beranjak dari tempat tidur, untuk menonton tv. Saat asyik menonoton tv suara ketukkan seseorang terdengar. “siapa” sahut dari dalam itu.
orang itu terus mengetuk pintu, “iya, sebentar” aku berjalan dengan sedikit pusing.
Aku membuka  pintu itu. Aku melihat wanita cantik berdiri membelakangi ku.
“cari siapa” Tanya ku pada nya.
dia membalikkan badan nya “ini rumah lisa” kata nya lagi.
“iya benar” kata ku lagi.
“aku tika” katanya mengulur kan tangannya.
“aku lisa” kata ku menjabat tangan nya kembali.
Kami saling berjabat tangan dan berpandangan.
“ayo masuk” aku mengajak nya untuk masuk.
“sebentar saya ambilkan minum dulu.”
“nggak usah repot-repot” katanya
“nggak apa-apa” aku meninggalkan nya di ruang tamu.

aku kembali dengan membawa dua cengkir teh.
“ayo diminum” aku menyodorkan nya teh itu.
“ada apa ya, apa aku sebelumnya mengenalmu” aku memberanikan diri bartanya.
“nggak, kita memang belum pernah bertemu” dia berkata dengan sopan.
“jadi, kamu kok bisa kenal sama saya.” Aku bertanya lagi.
“jadi begini, aku pacar nya riski.” Kata nya lagi.
“apa” pikirku dalam hati. “riski punya pacar? “ aku bertanya-tanya dalam hati.
hingga wanita cantik itu membuyarkan lamunan ku.
“dia nggak pernah cerita sama kamu ya.” Dia bertanya.
“iya” kata ku sedikit gugup.
“dia selalu cerita soal kamu” katanya lagi.
“jadi apa gerangan kamu datang kesini” aku bertanya dengan serius.
“beberapa hari ini riski tidak bisa di hubungi, saya sudah kerumahnya tapi kata pembantu nya dia tidak pulang sejak kemarin pagi. Jadi saya kira dia bersama mu.
Wanita itu menjelaskan pada ku.
“kemarin kami memang bersama. Trus waktu pulang kami berpisah dan aku nggak tahu lagi setelah itu dia kemana” kata ku lagi.
“jadi, kamu benar-benar tidak tahu.” Kata wanita itu.
“tidak “ kata ku.
Wanita itu berpamitan pulang setelah selesai mewawancarai aku. Wanita itu seperti reporter saja.
Dengan kedatangan wanita itu secara tiba-tiba membuat keadaan ku semakin buruk saja. Apalagi ditambah dengan kebaradaan riski yang tidak diketahui.

Aku masih duduk terdiam diruang tamu.
Suara langkah kaki mendekat kearah rumah ku, “ ibu pulang”  kata seseorang itu dan ternyata itu adalah ibu.
“loh, lisa ngapain disini. Aturan kamu tiduran di kamar” ibu pulang-pulang langsung menasehati aku. “baru ada tamu ya” ibu melihat dua cangkir yang ada diatas meja yang belum aku kembalikan ke dapur.
“ntah, nggak tahu.” Aku kembali kekamar meninggalkan ibu yang masih berdiri di dekat pintu keheranan melihat tingkah ku.




Bersambung......


GAmbar Garis-Garis


Gambar ini hanya sebuah gambar kumpulan garis-garis yang tidak bermakna.
gambar kumpulan garis








Sunday 22 April 2012

Last Gift Part 14


Aku masuk ke dalam rumah sambil memikirkan hal yang baru saja terjadi.
“lisa udah pulang” ibu bertanya.
“iya, ibu uda pulang.aku ke kamar ya bu” aku menjawab pertanyaan ibu dan bergegas ke kamar.
“oh iya lisa, tadi ada yang ngirim kamu paket. Ibu letakkan diatas meja kamar” ibu berkata pada ku.
“iya” sahut ku.

Aku berbaring di tempat tidur ku sejenak mengamati langit-langit kamarku. Sore ini udara diluar mendukung suasana hati ku.  “tak terasa sudah sore” pikirku dalam hati. Aku belum memberitahu ibu kalau tadi aku pingsan. Aku tidak ingin membuat ibu khawatir.

Sekejab aku mengingat perkataan ibu tadi dan mengambil paket itu. Ingin rasanya ku buang saja paket-paket itu dan membakar nya.

saat aku mulai membuka paket itu , aku teringat buku harian nina yang belum sempat ku baca. Aku mengurung niat ku untuk membuka paket itu. Aku mengambil buku harian nina dari laci meja.

Aku membuka lembar demi lembar buku itu dan membaca isi demi isi dengan haru. Hingga halaman terakhir aku tertegun. Aku melihat tulisan tangan nina terakhir . Tertulis disana tanggal pembuatan nya tanggal dimana nina kecelakaan.

Aku membaca nya dengan haru.
“ Hari ini aku mendapatkan paket berisi sepucuk surat dari seseorang. Aku takut sekali membaca surat itu. Aku takut kalau pesan dari surat itu benar-benar akan terjadi.Aku takut kalau lisa benar-benar akan ditabrak seseorang.  Aku akan menyelamatkan sahabat ku lisa, hari ini aku akan datang kerumah nya. Dan memberitahunya soal surat itu. “
Aku teringat perkataan riski mengenai surat yang diterima nina sebelum kecelakaan itu terjadi. Pasti yang di maksud nina adalah surat itu. Surat yang ada didalam paket itu.

Aku bergegas keluar kamar  untuk menemui riski, “riski masih marah, mungkin dia belum mau bertemu dengan ku” Aku mengurungkan niat ku.Pasti  dia kesal sama ku.

Aku kembali memasuki kamar dan mengambil telepon genggam ku untuk menelpon Tristan. Nada sambung masuk, berkali-kali aku menelponnya tapi tetap saja dia tidak mengangkap telpon ku.

Hari sudah malam, tak seorang pun yang bisa ku temui baik riski maupun Tristan.
Aku mendatangi rumah Tristan.

“Tristan…tristan” aku memanggil Tristan berkali-kali. Tak seorang pun yang menyahut.  Tiba-tiba saja kakak Tristan keluar “Tristan,belum pulang lisa dari tadi pagi” kakak itu memberitahu aku.
“belum pulang ya. Kok lama tumben?” Aku berkata pada kakak Tristan.
“tapi tadi katanya dia pergi bareng kamu” Kata kakak itu.
“iya, tadi kami memang sama. Aku pulang duluan.” Aku berbohong pada kakak nita kakaknya Tristan itu.
“yaudah ya kakak, makasih” aku meninggalkan rumah Tristan. Belum Beberapa langkah aku menjauh dari rumah itu, suara sepeda motor Tristan terdengar.
“dari mana aja”  aku bertanya pada Tristan yang belum turun dari sepeda motornya.
“bukan urusanmu”  Tristan menepis ku dan bergegas masuk  rumah. Dia meninggalkan ku di halaman rumah nya.
“ada apa dengan Tristan.” Aku bertanya-tanya dalam hati.
setelah dari kejadian itu semua orang berubah termasuk Tristan. Aku kembali kerumah  dan berbaring ditempat tidur hingga memejamkan mata tertidur lelap.

********
“Lisa, bangun sayang. Ntar kamu terlambat lagi” Ibu berkata dari balik pintu.
“iya”  sahut ku.
Aku bergegas mandi dan berpakaian.
Hari ini sepertinya aku tidak enak badan.
“pagi bu” Kata ku pada ibu yang sedang menyiapkan makanan.
“loh, tumben kok nggak bersemangat” kata ibu.
“nggak apa-apa” Kata ku.
“bu, kayak nya hari ini Tristan nggak jemput Aku” Aku berkata pada ibu sambil menyantap makanan yang ada di depan mata.
“itulah kan. Kalau uda tau begitu bangun nya agak cepat. Ayah lagi nggak ada disini kamu mau berangkat  bareng siapa.”  Ibu berkata pada ku.
“naik angkutan umum” jawab ku.
“bu, hari ini aku nggak sekolah ya.” Aku berkata lagi pada ibu.
“memangnya kenapa?” ibu bertanya. “sakit” ibu memegang dahi ku.
“iya, kamu panas” spontan ibu.
“ya udah nggak usah sekolah. Tiduran aja. Nanti ibu telpon kesekolah mu.” Kata ibu.

Aku berbaring ke kamar. Ibu menyelimuti ku. “nanti kita kedokter” kata ibu.
“akh, nggak usah. Ntar juga baikan” aku menolak ajakan ibu.
Ibu mengambil thermometer untuk mengukur panas ku.
“kan, 390 C. ini tinggi, pokoknya nanti kedokter.” Ibu berkata.




BERSAMBUNG.......

gambar balok tak beraturan 2

Gambar yang aku buat sendiri























Saturday 14 April 2012

Last Gift Part 13


Ini kelanjutan cerita last gift nya.
Ayo ikutin ceritanya terus pasti bakalan seru sekali.
Jangan lupa berikan komentar, saran, maupun kritikan setelah membaca cerita ini.

Kami bersembunyi di balik pohon yang cukup rindang yang ada di pemakaman umum itu. Pohon, itu mampu menyembunyikan kami dibalik batang besarnya itu, tanpa di ketahui riski.Pohon itu tidak berjarak begitu jauh dari tempat nina dimakamkan.

Samar-samar aku dan Tristan mendengar riski mengatakan “nina,maafkan kakak ya” Itulah perkataan yang kami dengar.
“kenapa dia minta maaf tan?” aku bertanya pada Tristan.
“mana aku tahu, mungkin dia ada salah kali sama nina? Tristan tetap saja memperhatikan riski.
“tan, dosa loh ngupin kayak gini.” Aku mulai ketakutan. Apalagi tempat nya cukup mengerikan buat ku.
“iya,sih. Tapi siapa yang ngajak, kan kamu?” Tristan malah menudu ku.

sementara kami asyik berbicara di balik pohon itu. Ternyata riski menyadari kami ada disitu.
“lisa, Tristan ngapain disitu.”  Riski berkata dengan suara dingin.
Kali ini aku benar-benar takut, takut sekali.
“kan tan, kita udah ketauan” aku mendorong Tristan untuk keluar pertama sekali.
“eh, riski kamu udah duluan ternyata kesini” Tristan gugup bercampur takut.
Aku masih saja bersembunyi dibalik pohon itu, padahal sudah ketauan. Tristan menarik tangan ku. “keluar,lisa” bisik Tristan.

Aku memberanikan diri menghadap dan menatap mata riski.Aku melihat kesedihan yang amat sangat di mata riski. Aku melihat jelas mata itu penuh kesedihan. Aku segera mempalingkan mata ku dari tatapan mata riski.
Aku merasa bersalah sekali sudah menguping riski.

Tristan yang ada di samping ku hanya terdiam terpaku sama halnya dengan ku. Riski mempalingkan tubuhnya dan masih menatap kuburan nina.
Aku melihat punggung riski yang membelakangi kami berdua.

Selama setengah jam kami berdiam diri disitu. Hingga riski membuka pembicaraan lagi.

“aku sudah cukup.” Riski berbalik dan pergi meninggalkan kami yang masih berdiri di tempat masing-masing.
Aku dan Tristan saling berpandangan. Aku mengerutkan dahi ku memberikan kode “gimana” Bisikku pada Tristan.
“pulang” Balas nya.

Kami mengikuti riski dari belakang. Sebelum aku berpaling aku melihat ada mawar putih di sana. “ mungkin, riski membawakannya untuk nina.” Pikir ku dalam hati.

“riski, maaf ya soal tadi “ Aku membuka pembicaraan kami di perjalanan pulang.
Riski tidak menjawab omongan ku itu. Tak apa mungkin riski masih kesal melihat tingkah ku dan Tristan tadi.
Riski masuk kedalam mobilnya dan melajukan mobilnya tanpa pamit pada kami.

“tan, gimana dia marah “ aku membuka pembicaraan pada Tristan yang dari tadi juga diam saja.
“aku juga nggak tahu. Memang kita kekanak-kanakan. “ Tristan menambah omongan yang membuat ku semakin meras bersalah.
“yaudah, kita pulang aja.” Ajak Tristan.

Sepanjang perjalanan pulang Tristan juga tidak berbicara apa pun. Mungkin dia merasa bersalah atau apa pun itu.
“tan, makasih udah mau nemani aku” aku pamit pada Tristan.
“iya” sahut nya.

Dia memutar balik sepeda motornya, bukan kerumah nya tapi dia melajukan sepeda motornya berjalan lurus.

“Tristan mau kemana?” aku bertanya-tanya dalam hati.
Hari ini yang tadi nya hari yang menyenangkan dan sudah lama ku tunggu dan ku nantikan berubah menjadi hari yang sangat menyebalkan.



Gambar Balok Tak Beraturan

Ini gambar yang saya buat sendiri..







Thursday 5 April 2012

Last Gift Part 12

Hari yang telah lama ku nanti tiba saatnya. Sudah lama aku tidak pergi ke pemakaman nina hampi 3 bulan sejak kematian nina. Bagi ku itu uda lama sekali.
Aku sibuk dengan paket-paket yang hanya mebuat ku pusing 7 keliling. 

Aku menunggu ke dua sahabat ku itu diteras depan rumah. Tiba-tiba saja aku melihat seseorang yang tidak asing lagi melintas pagar rumah ku dengan sangat cepat. Sekilas wajah itu mengingat kan ku pada nina. Spontan aku bangkit dari tempat duduk ku untuk mengejar sosok itu, tapi berat rasanya kaki ku untuk melangkah.
"aduh, kenapa nii?" Tanya ku dalam hati. Aku mulai ketakutan. Rumah ku hari ini sepi, tak seorang pun ada disini, hanya aku sendiri. Ibu dan Ayah sedang tidak dirumah.
"lisa," seseorang memanggilku.
"tristan" ingin aku rasa nya berteriak sekuat tenaga ku menyahut panggilannya itu, namun sepatah kata pun tak bisa ku ucapkan. Berat sekali rasanya lidah ini.
"tristan" Kata ku pelan dengan posisi masih berdiri heran, bingung dan terkejut.
Terlihat oleh ku samar-samar kedua sahabat ku yang sedang berdiri dipagar itu.
Perlahan mata ini mulai gelap, dan aku merasa kan tubuh ku terjatuh kelantai.
Samar-samar terdengar oleh ku suara teriakkan.
"lisa....lisa"

Aku tidak mengerti apakah ini mimpi atau tidak.
"lisa, berhentilah memikir kan ku" kata seseorang yang tidak jelas ku lihat.
"nina?" aku mulai mendekatinya.
"lisa, aku masih hidup. Tolong aku." Katanya lagi."tolong aku lisa"
"nina,nina" teriakku dan terbangun dari tidur ku tadi.

"lisa, kamu tidak apa-apa?" Tanya Tristan yang ada disampingku semabari memegang minyak angin.
Aku tidak menyahutinya, aku masih saja memikirkan mimpi buruk tadi.
"lisa, kamu kenapa?" tanya tristan lagi.
"aku tidak apa-apa" Kata ku pelan sembari bangkit berdiri.
"ayo," kata ku.
"kemana?" tanya tristan.
"ke  kuburan nina." aku memperhatikan sekeliling ku." riski mana?" Tanya ku.
"nggak tahu, tapi tadi dia udah kesini. Waktu kamu pingsan tadi." jelas tristan.
"ayo dong kasih tau aku, kamu kok bisa pingsan?" Tanya nya.
"aku juga nggak tahu." aku meminum minuman yang ada diatas meja.
"belom makan?" tanya nya lagi.
"udah, berangkat sekarang yuk" kata ku padanya.
"ya udah. Tapi kamu udah nggak apa-apa kan lis"

Tristan melajukan sepeda motornya. "kerumah riski dulu." Kata ku.
Sepanjang perjalanan kerumah riski aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun padanya dan sebaliknya.

sesampainya di rumah riski.
"kok sepi?" Katanya.
“itu ada bi wati, Tanya tan?” aku menghampiri bi wati yang baru saja pulang berbelanja.
“bi, riski mana? Tristan bertanya pada bi wati.
“den, riski udah pergi dari tadi, katanya mau ke pemakaman almarhum non nina” Jelas bi wati.
“yaudah, makasih ya bi?” Kami meninggalkan bi wati dan melanjutkan perjalanan kami selanjutnya yaitu ke pemakaman nina.

sesampainya disana, aku dan tristan melihat riski.
"lis, itukan riski." Tunjuk Tristan  kearah riski yang sedang memandangai kuburan nina.

"ngapain dia lis, lihat mulutnya komat kamit sendiri, macem baca mantra." tristan memperhatikan riski dengan serius dari kejauhan. Sepertinya riski tidak menyadari kehadiran kami.

Aku dan tristan mendekati riski tanpa di ketahuinya.
Kami tidak berniat mengejutkan nya, tapi kami berniat mendengar perkataanya.





Review ala-ala Kim Ji Young Born 1982

Apa kabar kalian semua? Ku harap kalian baik-baik saja. Selamat menjalani hari ini dan hari-hari selanjutnya dengan kegembiraan :'...