"riska aku sudah
terlambat.." Aku mulai meneteskan air mata ku.
"sunny..." riska pun mulai
meneteskan air mata juga.
"kalian, temannya den Felix
kemarin kan" tiba-tiba seorang wanita yang sepertinya kami kenal
menghampiri kami. "iya, bu." riska menyahut.
"non sunny yang mana ya,"
Tanya wanita itu.
"saya bu," ku hapus air
mata ku.
"bu, boleh ceritakan ke kami
apa yang terjadi sama felix" Tanya riska juga.
"ayo masuk dulu"
aku tidak sanggup melangkahkan kaki
ku menuju rumah itu, setelah apa yang terjadi kemarin. Kini penyesalan meliputi
diri ku. Aku sungguh sangat menyesal. sekarang aku sudah berada di taman
belakang rumah besar itu.
"kesini non, bibi akan
ceritakan awal kejadian nya"
"baik bi,"
"kemarin setelah non sunny
pulang, Penyakit den Felix kambuh. Tapi dia tetap saja ingin mengejar non ke
rumah, padahal saat itu kondisi nya sangat buruk. Saat di perjalanan den Felix
pingsan. Saat di bawah ke rumah sakit kondisi nya kritis." wanita itu mulai
meneteskan air mata.
Perlahan-lahan air mata ku dan riska
mulai terjatuh.
" Saat kondisi nya kritis den
Felix sempat sadar, dia meminta saya menelpon anda. Tapi anda tidak mengangkat
telpon itu."
aku mengingat-ingat kejadian itu. Memang
benar Felix sempat mnelpon ku berkali-kali, tapi aku tidak mengangkatnya aku
mengabaikan nya. Padahal itu terakhir kali nya aku bisa berbicara dengan nya.
"lalu Felix menyuruh saya
mengirimkan pesan terakhir nya pada anda. Tapi anda tidak membalasnya."
Aku juga ingat saat pesan felix
masuk aku langsung menghapusnya tanpa sempat membaca pesan itu. rasa bersalah
terus meliputi ku.
"isi pesan nya apa , bi? tanya
riska.
"den Felix cuman mengatakan
minta maaf. Di detik-detik terakhir Den Felix memberikan saya ini. Dia menyuruh
saya memberikan ini pada anda non sunny."
"ini, apa ini bi." Tanya
ku.
"saya tidak tahu, Den Felix
melarang saya membuka nya."
"makasih nya bi." Kata
riska.
"oh iya. Den Felix selalu
menceritakan anda non Sunny. Baginya anda adalah sosok sahabat yang sangat
berharga. Bahkan dia rela menyembunyikan identitas nya dan menyamar menjadi
orang biasa untuk berteman dengan anda."
"dia juga menceritakan
masa-masa kalian bersama dulu. Dia juga minta maaf karena dia telah
meninggalkan anda sendiri saat itu dan menyembunyikan identitasnya. Saat itu dia
harus pergi dengan ayah nya untuk menerima donor mata. Setelah dia kembali dia
mencari-cari anda. Dia bertekad, orang yang pertama sekali harus dilihatnya adalah
anda"
"oh iya, kalau kami boleh tahu
Felix sakit pa?" Tanya riska lagi.
Aku tidak dapat berkata apa-apa
lagi. Aku selalu terniang kenang-kenangan ku dulu bersama felix. Bagi ku juga Felix
adalah sahabat yang paling berharga melebihi apapun.
"kanker non. Saya tidak tahu
pasti dia sakit kanker apa. Den Felix ga pernah mengelu sakit. Dia
menyembunyikan penyakitnya dari keluarganya. Kabar nya juga den felix nggak
cerita kalau dia sudah mendonorkan salah satu ginjalnya pada seseorang. Kami
juga baru tahu hal itu.
Kalau begitu mari saya antar ke
depan. kalian harus lihat Felix untuk terakhir kalinya.
Aku dan Riska saling bertatapan.
"nggak usah diantar,bi. Kami sendiri saja. makasih ya bi."
"sama-sama non." Kata
wanita itu.
“Felix nggak pernah cerita kepada
keluarganya kalau dia mendonorkan salah satu ginjalnya pada ku” bisikku dalam
hati
Wanita itu meninggalkan kami berdua
di taman itu. Aku langsung memeluk erat riska dan menanggis sekuat-kuat nya.
"sudah lah sunny. Ini sudah
terlambat, tidak ada lagi yang perlu di sesali. Ayo kita kedepan."
Aku mengikuti riska dari belakang.
Kaki ku terasa berat melangkahkan kaki.
saat tiba di depan.
Aku melihat sosok Felix yang sedang
terbaring. Felix terlihat sangat kaku. Dia seperti saat dia sedang tidur,
begitu nyaman Wajah nya tersenyum, Perlahan-lahan aku medekat dan
menatapnya.
"maafkan aku. Aku sangat
menyayangi mu." Bisikku. Dan aku mulai menjatuhkan air mata ku lagi.
***********
Esok harinya aku mengikuti pemakaman
Felix. Kotak pemberian Felix itu belum ku buka. Aku belum berani membuka nya. Untuk
melepaskan kepergian Felix untuk
selama-lamanya, Aku tersenyum padanya untuk terakhir kali dan memberinya bunga
kesukaannnya.
"sunny, ayo kita pulang"
Kata ibu pada ku.
"sebentar aku masih mau
disini"
"ibu, tunggu kamu di
mobil"
"baiklah." Kata ku.
Pemakaman pun berakhir aku pulang
bersama ibu.
No comments:
Post a Comment