"hallo" Sapaku pada orang
diseberang telpon.
"ini lisa" sahut orang
itu.
"iya benar. ini sapa"
"aku riski..." sahut nya.
"riski..!! tahu dari mana nomor
ku..." tanya ku, sedikit terkejut.
"ada apa menelpon ku
malam-malam begini..." Tanya ku lagi padanya.
"lagi sama tristan kan.."
Katanya padaku.
"iya.."
telpon nya terputus, mungkin hpya
lobet atau pulsanya yang habis.
"riski ya" tanya tristan..
"iya,..."
"apa kata dia. tahu dari siapa
nomor mu.." tanya tristan lagi..
"ga tau, mungkin dari teman
kita."
"ohhhh".
"katanya tadi kamu mau cerita.
cerita Apa?" Tanya ku pada tristan."uda lupa.oh iya aku boleh lihat
paket itu tidak" tanya tristan sambil menerawang.
"boleh, bentar ya ku ambilkan
di kamar."
"ini" kata ku padanya
sembari menyerahkan paket-paket itu.
"lisa, biasanya paket ini
diantar setiap hari? "tidak" jawabku. "jam berapa biasnya di
antar?" tanya tristan sok menyelidik.
"ga tentu, mungkin siang hari
saat aku tidak ada di rumah"
"begitu ya."
kami terdiam sejenak, seolah-olah
ada yang kami pikirkan. "lisa" sapa tristan tiba-tiba.
"apa?" Tanya ku lagi padanya.
"aku mau cerita soal nina"
"nina..."'jawab ku sedikit
terkejut."cerita lah"
"begini, sebelum kamatian nya
beberapa bulan yang lalu. Aku sempat melihat nya ke rumah mu. apa dia menjumpai
mu"
"tidak.."
kataku.."emang nya ada apa."
"tidak ada apa-apa"
sahutnya lagi..
aku tidak mengerti dengan tristan.
kenapa dia tidak memberitahu ku. Dari wajah nya seperti ada yang iya
sembunyikan dari ku. "mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahu
nya" mungkin pikir tristan dalam lubuk hatinya.
"lisa, aku pulang ya"
"ya sudah" Jawab ku.
"om, tante Tristan pulang
ya"
"iya" sahut ibu dari dalam
rumah..
Aku kembali ke kamar ku dan mulai
kembali memikirkan hal tadi.
"tidak ada satu pun dari hidup
ini yang ku mengerti. Paket, mimpi apa itu semua." Pikirku."besok aku
harus cari tahu siapa yang mengirim itu semua. "harus" kata ku dengan
keras.
rasanya malam ini aku tidak ingin
tidur, dan tidak ingin memimpikan mimpi yang bisa di bilang aneh itu. tapi apa
yang harus di kata, malam itu kedua mata ku mendesak ku untuk memejamkan mata.
***********
"pagi ayah, pagi ibu" Sapa
ku pada ayah dan ibu yang sudah berada di meja makan. "aku berangkat dulu
ya." Kata ku smbari mencium kedua tangan kanan mereka.
Tristan sudah menuggu ku dengan
sepeda motornya yang itu-itu saja setiap hari.
"tumben, datang nya
cepat.." Sapaku padanya. Tristan termasuk orang yang sering telat.
Biasanya aku harus menunggunya bermenit-menit. "datang cepat salah, ga datang
cepat juga salah, jadi maunya gimana." Jawabnya tertawa. "pakai
nii helm."
Aku kesal setiap kali tristan
menyuruh ku memakai helm. Tapi tidak apa-apalah, ntar kalau aku protes terus
dia bisa-bisa tidak mau lagi berangkat dengan ku. Kan lumayan irit
ongkos.
"lisa, nanti kerumah riski
yuk,"
"ngapain" tanya ku
padanya." aku sedikit curiga ngelihat anak itu."jawabnya."iya,
aku juga. Dia tahu tentang aku. mungkin dia diam-diam ngefans kale sama ku,tan”.
"mulai deh, geernya. Jadi males
aku" Jawab tristan.
"akhirnya sampai juga di
sekolah. soalnya aku uda malas nii dekat-dekat sama kamu terus. Ga di sekolah,
di kelas dan dirumah, yang ku lihat kamu-kamu aja" Canda ku pada tristan.
Aku berlari menuju kelas ku dengar teriakkan tristan "woi, aku juga males
kale."
"pagi lisa" sapa riski
dari meja yang iya duduki.
"pagi juga" Sahut ku.
Sebenarnya aku sedikit takut duduk dengan riski. Aku ingin sekali pindah, Tapi
bangku ini bagi ku sangat berarti. "mungkin kalau aku pindah banyak cewek
yang ingin duduk dengan nya. Tampang nya yang lumayan ini, mungkin bisa menarik
anak perempuan di kelas ku ini. Riski memilki wajah yang lumayan. "mungkin
saat ini aku belum naksir padanya, mungkin saja nanti. Heheeee" pikirku
dalam hati sembari tersenyum padanya. " Lisa..." tiba-tiba saja
teriakkan dari luar mengejutkan ku. "mana uang ku yang kamu pinjam
kemaren" kata tristan padaku. "dasar".Suka bikin malu orang aja.
Utang ku sama dia kan cuma seribu, itu aja minta tagi. Lah dia yang
utangnya berpuluh-puluh ribu sama ku. ga pernah tuh aku tagi" Pikir ku
kesal. "nah, seribu kan" Teriakku padanya. Semua murid memperhatikan
kami. aku malu sekali, sampai wajah ku memerah.
Setelah mendapatkan uang itu dia
pergi meninggalkan ku begitu saja tanpa meminta maaf. "dasar" Kata ku
dengan keras hingga mengejutkan semua orang. Riski yang disamping dari tadi
hanya tersenyum memperhatikan perilaku ku dan tristan tadi. "kamu ternyata
lucu ya" Kata nya pada ku.
No comments:
Post a Comment