“Maaf ya bu.” Aku memeluk ibu. Aku
kembali lagi ke ruang tamu meminta maaf karena sudah mengabaikan ibu.
Lagi-lagi ibu tertawa kecil melihat
tingkah ku itu.
“emang tadi siapa lisa, yang datang”
ibu membereskan belanjaan nya.
“bukan siapa-siapa. Lisa aja nggak kenal” aku mengerutkan kening.
“ohhh, ya udah tiduran lagi sana.” Ibu menyuruh ku.
“nggak akh, malas tiduran terus. Ntar gemuk.” Aku tidak menyetujui ajakan ibu kali ini. “aku lapar” aku mengambil sepotong roti yang ada di atas meja makan.
“oh iya bu aku ke kamar ya” meninggalkan ibu di dapur sambil melahap habis roti yang ku ambil tadi.
“bukan siapa-siapa. Lisa aja nggak kenal” aku mengerutkan kening.
“ohhh, ya udah tiduran lagi sana.” Ibu menyuruh ku.
“nggak akh, malas tiduran terus. Ntar gemuk.” Aku tidak menyetujui ajakan ibu kali ini. “aku lapar” aku mengambil sepotong roti yang ada di atas meja makan.
“oh iya bu aku ke kamar ya” meninggalkan ibu di dapur sambil melahap habis roti yang ku ambil tadi.
“tunggu lis, bantuin ibu aja, kalau
emang udah ngerasa baikan” kata ibu.
“kayak nya aku sakit lagi deh bu. Ni
panas kan” aku memegang dahi ku.
“pegang deh bu” aku menarik tangan
ibu untuk memyentuh dahi ku.
“panas kan”
“alasan kamu aja”
“akh ibu tahu aja” Aku tertawa dan
berlari kecil ke kamar.
Keesokan harinya.
Keesokan harinya.
“ibu, aku berangkat sekolah ya.” Aku berpamitan pada ibu.
“bareng siapa? Tristan?
“nggak bu. Kayak nya naik angkutan
umum aja deh.”
“udah ibu antarin aja. Tunggu
sebentar”
“emang ayah kapan pulang nya sih
bu?”
“seminggu lagi.” Ibu menyahut dari
dalam rumah.
beberapa menit kemudian.
“bu, cepatan dong ntar aku terlambat
nii.”
“iya, ibu udah siap nii.” Tiba-tiba
ibu keluar.
“kok rapi amat cuma mau ngantar
aku.” Aku menatap ibu penuh tanda Tanya.
“sekalian mau kerumah tante rara,
kayak nya pulang malam. Kamu berani kan? Ibu
berkata seolah-olah aku masih anak
berusia 5 tahun yang takut ditinggalin
sendirian dirumah.
“ya ampun. Ya enggaklah bu.” Aku
pura-pura berani, padahal aku takut.
Selama di perjalanan aku dan ibu tidak
berkata sepatah kata pun.
sesampainya di sekolah aku mencium
tangan kanan ibu pertanda pamit.
*********
Pagi itu suasana di kelas nggak
seperti biasa, ada berita baru yang lagi
hangat di perbincangkan anak satu kelas.
Mereka membicarakan berita yang nggak aku tahu sama sekali. Ini karena
aku nggak masuk sekolah kemarin.
Aku menarik bangku untuk duduk.
“riski kok belum datang ya” aku
bertanya-tanya dalam hati.
Aku memberanikan diri bertanya pada
teman di depan ku.
“riski semalam datang?”
“nggak” jawabnya nya simple.
Aku memalingkan mata ku ke arah
sudut kelas tepatnya kearah meja
yang ada disudut sebelah kanan, dimana
itu adalah bangku nya Tristan.
Aku kembali bertanya pada teman ku.
Kali ini teman yang ada dibelakang ku mendapat giliran untuk ditanyai.
“eh, si Tristan semalam datang” aku
bertanya padanya.
“nggak” lagi-lagi jawaban yang
simple, tanpa basa basi.
“kok mereka nggak pada datang ya”
aku kembali bertanya dalam hati.
Kira-kira siapa lagi yang mendapat
giliran untuk ditanyai oleh ku. Dan ternyata kali ini via mendapat
giliran. Wajahnya berubah saat aku mulai
mendekatinya.
Maksud hati ingin bertanya ada
berita apa yang membuat kelas menjadi heboh.
Tapi belum sempat ditanyai si via
langsung kabur aja.
Untuk hari ini ku urungkan niat
untuk bertanya pada teman ku. Bel masuk berbunyi, les pertama berlangsung.
No comments:
Post a Comment