Hampir 1 bulan nggak ngepost lagi.
Ini nii mau ngelanjuti cerita last
gift nya.
"Ngapain kerumah mu tan"
Tanya ku.
"loh,kok nanya lagi sih, Tapi
katanya mau oleh-oleh?" jawab tristan.
"boleh juga tuh, ya udah ayo. Sekarang
kan." riski beranjak dari tempat duduk nya seolah ingin segera memijak kan
rem dan melaju kencang ke rumah tristan menghabiskan semua makanan yang ada
disana.
"dasar....Kalau makan aja nomor
satu" kata ku pada tristan.
Tristan hanya tertawa kecil."itu
apa?" Tanya nya seraya menunjuk kearah paket yang ada diatas meja.
"Paket itu lagi ya?"
Katanya kesal.
"udahlah, nanti kita bicarakan.
Sekarang kita makan dulu" kata riski yang dari tadi sudah menunggu di
pagar rumah.
"makanan aja yang
dipikirin." ketus ku.
"Ya iya lah." Jawab nya
lagi menambah kekesalan ku pada nya.
“kamu nggak jadi traktir aku?” kata ku pada riski.
“kamu nggak jadi traktir aku?” kata ku pada riski.
“ngapain, orang udah ada banyak
makanan” riski meledek ku.
Liat aja tuh anak.
***********
Saat berada dirumah Tristan begitu
banyak oleh-oleh yang dibwa nya.
"wah, bisa kenyang nii makan
ini semua" riski mengambil salah satu makanan yang ada diatas meja rumah
tristan. Aku memukul pelan kepalanya."dasar" kata ku.
"oh iya tristan keluarga kamu
yang lain pada kemana?" tanya ku penasaran. "tumben nggak seramai
biasanya?"
"iya mereka pada belom pulang,
masih disana menemani nenek?" jawab nya.
"jadi kamu kok pulang
duluan?" tanya ku penasaran lagi.
"aku kangen ama kamu" Kata
nya lagi.
"ahhhahhhha" aku hanya
tertawa mendengarnya berbicara itu.
"jadi nggak kangen nii sama
ku?" riski menyambung dengan mulut berisi penuh makanan.
"iya aku juga kangen sama
mu??" katanya terpaksa.
"aku sebentar ya balek kerumah,
ada yang mau aku ambil" Kata ku seraya meninggalkan mereka berdua disana.
"lisa, cepat kali balek
nya?" kata riski pada ku.
"sibuk lah" Kata ku.
Beberapa menit kemudian.
"aku ngambil paket ini
nii" menunjukkan paket yang ada dikedua tangan ku. "perdebatan akan
di mulai". Aku berkata lagi.
"oh iya apa isi paket itu
lis,?' tanya tristan.
"ini, foto-foto nina."
kata ku pada tristan.
"APA? foto nina" Kata
riski tiba-tiba mengejutkan ku."ni anak bikin orang terkejut aja"
bisik ku. padahal dia udah tahu, tapi pura-pura nggak tahu dan membuat jantung
orang mau copot gara-gara teriakkan nya itu
"lisa, coba aku lihat
fotonya?" Aku memberikan salah satu foto yang mungkin tristan tahu.
Tristan menerima foto itu dan
seketika raut wajah nya berubah "ini kan,?"
"iya" kata ku memotong
perkataannya, seakan aku mengetahui apa yang akan ia kata kan.
"foto ini diambil di simpang
gang rumah kita lisa. Mungkin ini saat terakhir nina ingin bertemu dengan
mu." Kata tristan seakan-akan seorang detektif.
"iya, aku juga menduga
itu?" kata ku merespon.
"siapa yang mengambil foto
ini?" tanya riski oon.
"mana kami tahu. makanya itu
dicari tahu, jangan nanya aja." kata ku kesal.
siapa coba yang nggak kesal dari
tadi makan aja yang di pikiri. "terbuat dari apa sih lambung nii anak, kok
bisa menampung banyak makanan." Kata ku dalam hati.
"tristan, kamu ingat nggak
waktu itu selain kamu yang ada di tempat itu siapa lagi.
"mana dia tahu" ketus ku.
"aku bukan nanya kamu. Jadi
tolong jangan di jawab." ketus nya.
aku hanya terdiam seraya digampar
sehelai kertas.
"aku nggak ingat, lagian
pertanyaan kamu nggak logis." Jawab tristan.
"mana tahu, ada wajah-wajah
yang familiar gitu." kata riski lagi,
"Udah masalah siapa yang
ngambil foto ini nggak usah dipermasalahkan, yang harus di permasalahkan adalah
siapa pengirim paket-paket ini dan kenapa dia melakukannya?" Kata ku.
"iya, kamu ada benarnya juga
lis." kata tristan.
"gimana kalau besok kita ke
kuburan nina aja" ajak riski.
"iya ya," kata ku.
"ya udah besok kita kesana. Aku
tunggu dirumah ku" kata ku pada mereka.
"aku pulang duluan ya"
kata riski meninggalkan aku dan tristan.
"aku juga nii tan. bye"
kata ku padanya.
Hati ku tetap saja tidak tenang
meski aku sudah memberitahu paket itu pada kedua sahabat ku itu. Aku belum
memberitahu tentang buku harian nina yang kudapat dari paket sebelumnya.
No comments:
Post a Comment